Tidak Ada Lawan Abadi dalam Politik

brian wertheim AX6mFEv6mpY unsplash
(Ilustrasi: unsplash)

Oleh: Chandra Purna Irawan (Ketua LBH PELITA UMAT)

“Keep Your Friends Close But Your Enemies Closer”(Tetap dekati kawan-kawanmu tetapi lebih dekatlah ke musuh-musuhmu)

Saya patut menduga banyak masyarakat yang kecewa melihat tingkah pola politisi pasca pemilu. Ekspektasi berlebihan dalam politik sekuler seperti Peribahasa bagai pungguk merindukan bulan artinya “Mengharapkan sesuatu yang tidak mungkin terjadi/mustahil untuk digapai atau diraihnya.

Dalam dunia politik sekuler sangat terang benderang dipertontonkan tanpa rasa malu sedikitpun untuk melakukan hal-hal yang tidak beretika, bermoral dan koruptif.

Politik memang keras, sadis bahkan terkadang tidak bermoral dan berperikemanusiaan. Teman bisa saling “makan” apalagi lawan (Homo Homini Lupus).

Benar kata orang dalam berpolitik tidak ada teman dan lawan abadi, yang ada hanya kepentingan abadi. Dengan kata lain, dalam politik tidak ada musuh yang abadi dan tidak ada teman yang selamanya.

Peristiwa politik yang dipertontonkan kepada publik, semakin membuktikan bahwa setiap detik bisa saja berubah sehingga wajar saja publik meyakini partai-partai politik tanah sudah mengalami degradasi moral politik. Bukan lagi demi kemaslahatan rakyat dan kebaikan bersama melainkan kepentingan prihadi dan kelompok yang dikedepankan mengatasnamakan rakyat.

Kepentingan rakyat dan bangsa hanya sekedar menjadi jargon-jargon politik seperti “demi rakyat”, “demi kepentingan bangsa”, “demi kedaulatan” dan lain sebagainya.

Pertanyaannya apakah benar bahwa hakekat para politisi untuk kesejahteraan rakyat atau sebaliknya merebut dan membagi-bagi kekuasaan itu kepada pribadi per pribadi serta kelompok kepentingan?

Sepertinya kita mesti memikirkan ulang, apakah politik sekuler masih layak untuk dipertahankan?

—————————————

Tulisan tersebut mengkritik keras pola perilaku politisi pasca pemilu dan menyoroti kecenderungan politik sekuler yang dianggap koruptif dan tidak bermoral. Penulis menekankan bahwa dalam politik, tidak ada teman dan lawan yang abadi, melainkan hanya kepentingan yang abadi.

Poin-poin penting yang diangkat dalam tulisan ini antara lain:

  • Kritik terhadap Politisi Pasca Pemilu: Penulis menyatakan kekecewaannya terhadap tingkah laku politisi pasca pemilu, yang dinilai tidak beretika, bermoral, dan koruptif.
  • Politik Sekuler Dipertontonkan Tanpa Rasa Malu: Tulisan menyoroti bahwa politik sekuler seringkali dipertontonkan secara terang-terangan tanpa rasa malu, dengan tindakan-tindakan yang tidak bermoral dan koruptif.
  • Kepentingan Pribadi dan Kelompok: Penulis menegaskan bahwa di balik retorika politik yang seringkali mengatasnamakan rakyat dan bangsa, sebenarnya yang dikedepankan adalah kepentingan pribadi dan kelompok tertentu.
  • Pertimbangan terhadap Politik Sekuler: Tulisan mengajukan pertanyaan apakah politik sekuler masih layak untuk dipertahankan, mengingat kondisi politik yang dinilai semakin terpuruk.

Dengan demikian, tulisan ini menegaskan perlunya introspeksi terhadap sistem politik sekuler dan menantang pembaca untuk memikirkan kembali relevansinya dalam mencapai kesejahteraan rakyat dan bangsa.

Leave a Comment